Format Daring Devcom 2020 Bawa Berkah Bagi Game Dev Indonesia

Jakarta – 17/10 – Pandemi global Covid-19 dewasa ini telah menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh kalangan. Tidak saja dalam dunia kesehatan, dampak negatif dari virus mematikan ini juga merambah dunia bisnis dan ekonomi di seluruh negara, termasuk di dalamnya, sektor ekonomi kreatif (ekraf). Tak jauh berbeda, industri kreatif Indonesia juga termasuk ke dalam salah satu sektor ekonomi yang terdampak akibat wabah ini.

Namun, rupanya tidak seluruh aktivitas industri kreatif menjadi redup akibat pandemi ini. Bahkan di beberapa subsektor, pandemi ini memotivasi produktivitas untuk memberikan solusi atas dampak pandemi yang dialami masyarakat. Salah satu subsektor ekraf yang  diuntungkan dari munculnya pandemi ini adalah industri permainan (game).

Meski tetap mengalami goncangan, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi, industri game Indonesia relatif cukup dapat bertahan bahkan bertumbuh di tengah masa pandemi ini. Menurut data yang dirilis oleh Asosiasi Game Indonesia (AGI), industri game Indonesia justru mengalami kenaikan sebesar 10-20% dari situasi normal pra-pandemi.

Jika digali lebih dalam, hal ini sebenarnya tidak terlalu mengherankan. Industri kreatif, khususnya game, sejatinya memang tidak terlalu membutuhkan interaksi fisik berlebihan seperti industri lainnya. Pengembangan serta pemasaran game di masa pandemi seperti sekarang ini hanya membutuhkan infrastruktur teknologi yang mumpuni untuk bisa berhasil. Transformasi budaya kerja dari kebiasaan luring menjadi daring dapat dengan mudah dilalui oleh mayoritas game developer (game dev) yang berada di dalam industri ini.

Gambar 1.1 Poster Pendukungan Kemenparekraf/Baparekraf &AGI dalam event DDC 2020

Kemampuan adaptif dari industri game inilah yang coba untuk dimaksimalkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melalui program pendukungan dalam event International Trade Show Gamescom Global 2020 yang berlangsung secara daring pada 17-30 Agustus 2020 lalu. Pada pendukungannya kali ini, Kemenparekraf/Baparekraf kembali berkolaborasi dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI), setelah sebelumnya sempat bekerjasama pada gelaran Gamescom tahun lalu.

Gambar 1.2 Paviliun Digital Indonesia dalam event DDC 2020

Gamescom sendiri adalah salah satu game trade show terbesar di Eropa. Sebagai akibat pandemi Covid-19, event luring tahunan yang dimulai pada 2009 silam dan selalu diadakan di Cologne, Jerman ini harus menggeser format penyelenggaraannya ke mode daring pada edisi tahun ini. Suatu hal yang baru, namun tidak asing di dunia industri game global yang memang pada dasarnya bertumpu pada akses komunikasi digital.

Perubahan format ini secara tidak langsung membawa keuntungan tersendiri bagi para game developer lokal yang berniat untuk membuka peluang baru di pasar global serta mendapatkan mitra bisnis potensial. Format daring tentu tidak mengharuskan para developer untuk bertatap muka secara langsung untuk berbisnis, yang dapat memaksimalkan efisiensi anggaran, sekaligus meminimalisir penyebaran wabah Covid-19. Selain itu, dari sisi Kemenparekraf, format daring juga dapat mengakomodir jumlah game developer lokal yang lebih banyak untuk dapat hadir di dalam event akbar semacam ini.

Pendukungan Kemenparekraf/Baparekraf dan AGI pada Gamescom tahun ini berfokus pada partisipasi di dalam Devcom Development Conference (DDC), sebuah sub-event Gamescom yang bersifat Business to Business (B2B) serta memiliki mekanisme Business Matching yang menghubungkan para partisipan yang terlibat dengan berbagai macam investor serta publisher game kelas dunia. Kemenparekraf/Baparekraf dan AGI mendukung akses penuh di dalam event DDC 2020 ini, yang terdiri dari kelas konferensi game gratis, akses bagi B2B matchmaking online, kesempatan untuk berpameran produk secara digital, akses untuk mengikuti MeetToMatch, aplikasi komplementer bagi matchmaking online dari DDC, serta penyediaan materi promosi dan publikasi dalam bentuk video promosi serta e-catalogue.

Gambar 1.3 Delegasi Indonesia dalam event DDC 2020

Terdapat sekitar 16 partisipan,yang telah terpilih melalui proses kurasi dua tahap, yang didaulat menjadi wakil Indonesia dalam gelaran DDC 2020 ini. Mereka adalah Agate, Lytogame, Assemblr, Gambir Studio, Freemergency, Big Fire Studio, Maulidan Games, Megaxus, Solve Education, Educa Studio, CIAYO Games, Wisageni Studio, GINVO Studio, Anoman Studio, SLAB Games dan Arsanesia. Selama kurun waktu kurang lebih 2 (dua) minggu, keenam belas delegasi Indonesia ini melewati sekitar 321 meeting serta mendapat kunjungan dari sekitar 492 pihak ketiga yang menyambangi masing-masing virtual booth dalam gelaran DDC 2020 ini.

Gambar 1.4 Business Meeting yang terjadi dalam event DDC 2020

 

Gambar 1.5 Business Meeting yang terjadi dalam event DDC 2020

Terbukti, format daring memang membawa keuntungan yang sangat besar bagi keenam belas game dev lokal yang mewakili Indonesia dalam event DDC 2020 ini. Selama penyelenggaraan DDC 2020, total potensi transaksi (potential deals) yang berhasil dibukukan adalah sebesar USD $16.115.000, atau dalam nilai Rupiah adalah sebesar Rp 236.890.500.000,00 (kurs 1 USD = IDR 14.700). Tentunya, nilai potensi transaksi ini adalah sebuah raihan yang patut mendapat acungan jempol serta pengakuan lebih bahwa subsektor permainan (game) adalah salah satu subsektor ekraf yang pantas diperhitungkan keberadaannya sebagai subsektor ekraf penyumbang PDB ekraf terbesar di antara subsektor lainnya. Selain itu, tentu hasil ini dapat menjadi bukti sahih dari eksistensi industri game lokal yang semakin mendapat tempat dalam pentas industri game global.

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on google